Rabu, 17 April 2013

Festival Lima Gunung


Festival Lima Gunung digelar para seniman petani yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung setiap tahun dengan lokasi yang berpindah-pindah di dusun-dusun kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Pemberitaan Festival Lima Gunung VIII
- Festival pertama dan kedua pada 2002 dan 2003, di Dusun Warangan, Desa Muneng Warangan Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu, 
- Festival ketiga pada 2004 di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu. 
- Festival keempat pada 2005 di Dusun Petung Kidul, Desa Petung, Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu.              
- Festival kelima pada 2006 di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, kawasan Gunung Merbabu.
Festival Lima Gunung IV, Petung, Merbabu 2005


- Festival keenam pada 2007 di Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, kawasan Gunung Sumbing.
 
Festival Lima Gunung VI, Krandegan, Sumbing 2007
 - Festival ketujuh pada 2008 di Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, kawasan Gunung Merapi, 
- Festival kedelapan pada 2009 di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, kawasan Gunung Andong.
Festival Lima Gunung VIII, Mantran, Andong . Minggu, 26 Juli 2009
 - Festival kesembilan pada 2010 dipusatkan di Studio Mendut,  Mendut I, Kecamatan Mungkid, masuk kawasan Pegunungan Menoreh, namun sejumlah lokasi lainnya juga dijadikan tempat kelompok ini untuk menggelar agenda seni budaya. Pembukaan festival kesembilan ini secara khusus di Puncak Suroloyo, Pegunungan Menoreh, perbatasan antara Kabupaten Magelang, Jateng dengan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pembukaan Festival Lima Gunung IX , 2010. Foto: Raditya Mahendra Yasa, Foto terbaik Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2011
- Festival kesepuluh pada 2011 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, kawasan antara Gunung Merapi dengan Merbabu.
Festival Lima Gunung X , 2011 Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan

- Festival kesebelas pada 2012 di dua lokasi yakni Dusun Krandegan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, kawasan Gunung Sumbing dan Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, kawasan  Gunung Merbabu.
Penentuan hari dan lokasi dusun untuk festival dengan berbagai rangkaiannya dilakukan secara musyawarah oleh para tokoh Lima Gunung. Pertemuan persiapan menuju penyelenggaraan festival berlangsung di berbagai tempat, secara berpindah-pindah di rumah para tokoh.Sejak festival pertama hingga keempat, pihak pengelola Hotel Amanjiwo Borobudur menjadikan ajang itu sebagai agenda pariwisata mereka, untuk mendatangkan turis mancanegara sejak setahun sebelum hari festival.Sedangkan festival kelima dan keenam, oleh para tokoh dijadikan ajang merintis kemandirian penyelenggaraan, melalui pengajuan bantuan kepada berbagai pihak sponsor dan donatur. Pada festival ketujuh dan kedelapan, meskipun masih mengajukan proposal kepada sponsor dan donatur dalam skala terbatas, pihak panitia penyelenggara bersama komunitas masing-masing, sudah memulai iuran untuk mencukupi berbagai kebutuhan festival.
Festival Lima Gunung XI Krandegan, Sumbing 2012
Mulai festival kesembilan, komunitas ini bersepakat untuk secara murni menggelar ajang tahunan itu secara mandiri. Mereka memproklamasikan diri bahwa penyelenggaraan Festival Lima Gunung selanjutnya tidak lagi melibatkan sponsor, donatur, pengusaha, maupun pemerintah.
Komitmen pendanaan festival oleh mereka secara mandiri komunitas itu, ditandai dengan pembubuhan tanda tangan para tokoh Lima Gunung di tanah panggung terbuka Studio Mendut. Agenda tahunan dengan beragam  tema itu selalu diawali dengan kirab kesenian, melibatkan puluhan hingga ratusan seniman petani komunitas, dengan melewati jalan-jalan dusun yang menjadi pusat festival. 
Selanjutnya mereka menandai dimulai puncak festival dengan pemukulan gong oleh para tokoh KLG, dan kemudian pementasan berbagai kesenian oleh setiap komunitas. Berbagai kesenian yang dipentaskan makin berkembang, tak lagi sebatas kesenian tradisional dari berbagai kelompok-kelompok seniman petani dan penyelenggaraan tradisi ritual dusun, tempat lokasi festival.

Festival Lima Gunung XI, Krandegan, Sumbing 2012
Festival-festival berikutnya telah pula mencakup kegiatan budaya lainnya, seperti diskusi kebudayaan, pidato kebudayaan, peluncuran buku tentang budaya, pameran foto seni budaya, pembacaan sastra, pementasan teater dan musik kontemporer, serta pentas performa kolaborasi. Penyelenggaraan festival yang awalnya hanya sehari, pada tahun-tahun berikutnya didinamisasi menjadi beberapa hari, bahkan hingga sebulan.
Meskipun puncak festival telah ditentukan di satu dusun di antara lima gunung itu, akan tetapi pada rangkaian penyelenggaraannya bisa dikemas menjadi beberapa lokasi, sesuai denga musyarawah para tokoh. Mereka juga menentukan puncak hari festival berdasarkan kearifan lokal dan penanggalan Jawa. 
Ribuan warga dari dusun-dusun di kawasan gunung khususnya yang menjadi lokasi festival, datang berduyun-duyun untuk menyaksikan puncak hari festival itu. Para seniman, budayawan, pemerhati lintas ilmu dari kota-kota lain di Indonesia dan luar negeri, seakan tak melewatkan puncak festival itu untuk menyaksikannya.
Begitu pula wartawan dari media massa dalam dan luar negeri, serta para fotografer menjadikan festival itu sebagai arena liputan dan pengambilan foto serta video, baik untuk pemberitaan maupun untuk dokumentasi atas gerakan kebudayaan petani dusun dan gunung.

Festival Lima Gunung XI, Gejayan, Merbabu 2012
Ajang festival tahunan itu, bahkan menjadi pasar dadakan karena dimanfaatkan oleh para pedagang kaki lima berasal dari berbagai tempat, khususnya dari desa-desa di sekitar lokasi festival, untuk menggelar dagangan mereka, seperti mainan anak, pakaian, makanan, dan minuman, serta suvenir.
Para tamu berasal dari kota-kota lain, bahkan menginap di rumah-rumah warga gunung yang sedang menjadi lokasi festival, untuk menikmati suasana gunung, bertepatan dengan hari festival. Warga setempat menyediakan secara gratis tempat mereka untuk menginap para tamu festival.
Sejumlah seniman secara individual maupun dengan komunitas keseniannya dari kota-kota lain di Indonesia dan luar negeri yang sebelumnya telah menjalin relasi dengan Lima Gunung, dalam perkembangannya memanfaatkan Festival Lima Gunung untuk turut menggelar karya mereka. Festival Lima Gunung secara khusus menjadi ajang pertemuan tahunan para seniman petani Lima Gunung, untuk bersilaturahim dalam kemasan dan nuansa kebudayaan lokal mereka.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar